Irdia Bushori

Penabekasi.id - Dunia pesantren dengan segala tradisi, adat dan budaya didalamnya yang kental dengan adab, tata krama dan sopan santun tengah menjadi bahan lelucon sebuah tayangan televisi swasta.

Dalam tayangannya, program xpose uncensored Trans 7 menampilkan potongan video-video beragam tradisi yang amat lekat dengan dunia pesantren.

Bagi santri ataupun alumni pesantren, apa yang ditayangkan tersebut merupakan hal biasa, biasa karena perilaku tersebut merupakan bentuk penghormatan santri kepada guru ataupun kyainya. 

Sebagai lembaga pendidikan tertua yang ada di Nusantara, Pesantren telah banyak memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan bangsa, sejarah mencatat bahwa pesantren dan santri didalamnya turut menjadi penyumbang terbesar gerakan jihad untuk merebut dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan Negara. Itulah kenapa jargon "Hubbul Wathon Minal Iman" (Cinta Tanah Air Merupakan Sebagian Dari Iman) amat melekat pada diri setiap santri.

Iman, ilmu dan amal menyatu dalam satu tarikan nafas, mewujud dalam perilaku setiap santri, yang hal ini ditandai dengan menempatkan "adab diatas ilmu". Itulah yang membuat siapapun santri akan begitu hormat kepada gurunya, begitu ta'zim kepada kyainya karena mereka sadar, berkat jasa dan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru dan kyai, seorang santri bisa mendapatkan begitu banyak limpahan kebaikan-kebaikan dalam perjalanan hidupnya.


ERA POST-TRUTH DAN DISINFORMASI MEDIA

Istilah post-truth (atau pasca-kebenaran) merujuk pada situasi ketika emosi dan opini pribadi lebih memengaruhi pandangan masyarakat dibandingkan fakta objektif.

Menurut Oxford Dictionaries, post-truth adalah kondisi dimana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi dan keyakinan pribadi.

Dalam era post-truth, kebenaran sering dikaburkan oleh informasi yang bersifat emosional, sensasional, atau sesuai dengan kepercayaan seseorang, walaupun bertentangan dengan fakta sebenarnya.

Misalnya, seseorang lebih percaya pada berita di media sosial yang mendukung pandangannya, meskipun berita itu hoaks, dibandingkan laporan resmi dari sumber tepercaya.

Maka ketika fakta dan bukti tidak lagi menjadi dasar utama kebenaran, kemudian emosi dan opini pribadi lebih dominan. Informasi palsu atau disinformasi mudah menyebar, lalu masyarakat cenderung percaya pada apa yang ingin mereka percayai (bias konfirmasi) dimana banyak opini publik dibentuk oleh emosi dan propaganda, bukan oleh fakta. Serta kebohongan-kebohongan yang terus diulang-ulang akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran, Maka inilah era post-truth yang kita khawatirkan.


MEDIA TELEVISI : ANTARA CORONG PENDIDIKAN DAN INDUSTRI KOMERSIL

Media merupakan salah satu tiang penyangga demokrasi, ia berdiri sejajar dengan tiang-tiang penyangga demokrasi lainnya.

Peran media amat penting bagi terciptanya iklim demokrasi yang sehat, karena media menjadi penyuplai lalu lintas keluar masuknya setiap informasi yang beredar ditengah masyarakat.

Namun yang amat disayangkan adalah ketika media swasta seperti Televisi justru hanya peduli pada "tren", mengikuti arus demi keuntungan profit semata dan ingkar pada nilai-nilai etis.

Media Televisi swasta hari ini jauh dari menjadi tuntunan, mereka kerap hanya menjadi tontonan, generasi bangsa kerap disuguhi oleh tayangan-tayangan tidak mendidik, nir-nilai, nir-ilmu, nir-pengetahuan.

Tayangan xpose trans7 yang dianggap mendiskreditkan citra pesantren dan kyai-kyai pondok pesantren inipun direspon langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf dengan mengeluarkan pernyataan sikap secara resmi.

Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa penting untuk membentengi diri dan keluarga dengan ilmu, pengetahuan serta pemahaman menyeluruh untuk menelaah fakta, data, sumber dan kebenaran dari setiap berita ataupun informasi yang diterima.

Terlebih hal-hal fundamental yang menyangkut dengan sejarah, nilai, sistem pendidikan pesantren serta adat, tradisi dan budaya yang ada didalamnya yang harus dipahami dan dibaca secar utuh agar tak gagal paham dan berdampak menjadi polemik di masyarakat.

Benar saja ungkap Ir. Soekarno bahwa "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, namun Perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

Penulis :Pengurus Korps Alumni HMI Kota Bekasi Bidang Pendidikan dan Sumber Daya Manusia Periode 2022-2027, Sekretaris Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul ulama Kota Bekasi Masa Khidmah 2025-2030.